Mengenal Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Proyek Konstruksi
Rumahmaterial.com - Dalam setiap proyek konstruksi — entah itu pembangunan jalan, gedung, atau jembatan — ada satu komponen biaya yang sering dianggap kecil tapi bisa berdampak besar pada total anggaran RAB, yaitu biaya mobilisasi dan demobilisasi.
Meski terlihat sederhana, biaya ini mencakup banyak aspek: mulai dari memindahkan alat berat, mengangkut material, hingga memberangkatkan tenaga kerja ke lokasi proyek.
Nah, agar perhitungan RAB lebih akurat, yuk kita bahas secara lengkap apa saja yang perlu diperhitungkan!
Apa Itu Mobilisasi dan Demobilisasi?
Mobilisasi adalah proses memindahkan seluruh sumber daya proyek — seperti alat, tenaga kerja, dan material — dari tempat asal ke lokasi proyek.
Sedangkan demobilisasi adalah kebalikannya, yaitu pemindahan sumber daya tersebut kembali ke tempat asal setelah proyek selesai.
Tujuan mobilisasi dan demobilisasi ini sederhana: memastikan semua yang dibutuhkan untuk memulai dan menutup proyek berjalan lancar tanpa kendala logistik. Namun, agar itu bisa tercapai, tentu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
1. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Alat
Komponen terbesar dalam mobilisasi biasanya berasal dari alat berat. Menggerakkan alat besar seperti excavator, crane, atau bulldozer tidak bisa dilakukan sembarangan karena melibatkan transportasi khusus dan izin tertentu. Apa saja yang harus diperhitungkan:
- Biaya transportasi alat berat, termasuk sewa truk trailer atau low bed, biaya bongkar muat (loading-unloading), serta BBM selama perjalanan.
- Perizinan jalan dan pengawalan alat berat, diperlukan jika alat melintasi jalan umum. Beberapa daerah mewajibkan pengawalan oleh pihak berwenang.
- Persiapan alat di lokasi proyek, seperti perakitan, pengisian awal bahan bakar, dan uji coba (commissioning test).
- Operator dan teknisi, upah operator alat selama proses mobilisasi dan demobilisasi.
- Asuransi alat berat, untuk melindungi dari risiko kerusakan atau kecelakaan selama pengiriman.
Alat-alat yang biasa dimobilisasi antara lain: excavator, dump truck, crane, vibro roller, alat pancang HSPD, dan genset besar.
2. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Material
Selanjutnya, material juga memerlukan biaya tersendiri agar sampai ke lokasi proyek dengan aman dan tepat waktu. Hal-hal yang perlu diperhitungkan:
- Biaya angkut material ke lokasi, termasuk sewa truk, sopir, BBM, dan biaya bongkar muat di lokasi.
- Tempat penyimpanan sementara, seperti tenda, gudang, atau kontainer, terutama untuk proyek di area terbuka.
- Kerugian selama pengiriman, potensi material rusak atau susut di perjalanan.
- Koordinasi logistik, biaya tenaga kerja administratif atau logistik yang mengatur distribusi material.
Material seperti semen, baja tulangan, pasir, dan batu belah sering kali membutuhkan pengiriman bertahap — jadi penting untuk memperkirakan biaya logistiknya sejak awal.
3. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Tenaga Kerja
Kalau proyek berlokasi jauh dari kota atau bahkan di luar pulau, biaya tenaga kerja bisa jadi cukup signifikan. Komponen biaya tenaga kerja:
- Transportasi pekerja ke lokasi proyek, tiket perjalanan, sewa kendaraan, atau biaya BBM untuk antar jemput.
- Akomodasi dan konsumsi awal, biaya penginapan sementara sebelum basecamp proyek siap digunakan.
- Uang saku perjalanan (per diem), untuk kebutuhan makan dan transportasi selama perjalanan.
- Administrasi dan koordinasi SDM, biaya rekrutmen, briefing, dan pengurusan dokumen tenaga kerja.
- Demobilisasi pekerja, biaya kepulangan setelah proyek selesai, termasuk kompensasi atau pesangon bila diperlukan.
Dengan menghitung semua ini secara detail, kontraktor bisa menghindari risiko kekurangan dana di akhir proyek.
4. Faktor yang Mempengaruhi Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi
Setiap proyek punya kondisi yang berbeda, sehingga biaya mobilisasi dan demobilisasi pun tidak bisa disamaratakan.
Berikut faktor-faktor yang paling berpengaruh:
| Faktor | Dampak terhadap Biaya |
| Jarak lokasi proyek dari kota utama | Semakin jauh, semakin besar biaya transportasi alat, material, dan tenaga kerja. |
| Kondisi akses jalan | Jalan rusak, sempit, atau berbukit bisa menambah waktu dan biaya pengiriman. |
| Jenis proyek dan durasinya | Proyek besar dan lama memerlukan alat dan tenaga kerja lebih banyak. |
| Ketersediaan sumber daya lokal | Jika material dan alat bisa disewa di sekitar lokasi, biaya mobilisasi bisa ditekan |
| Cuaca dan kondisi medan | Proyek di area rawa, pegunungan, atau pesisir biasanya lebih sulit diakses |
| Deadline proyek | Mobilisasi cepat (urgent) bisa menambah biaya lembur dan logistik ekstra |
5. Cara Menghitung Estimasi Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi
Secara umum, perhitungannya bisa dibuat dengan rumus sederhana seperti ini:
- Total Biaya Mobilisasi = (Biaya Alat + Biaya Material + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Pendukung)
- Total Biaya Demobilisasi = (Biaya Pemindahan Kembali + Bongkar Alat + Pengembalian Material + Kepulangan Tenaga Kerja)
Dalam dokumen RAB proyek, item ini biasanya dimasukkan sebagai “Lump Sum Mobilisasi dan Demobilisasi”, artinya dibayar satu kali untuk seluruh kegiatan mobilisasi hingga proyek siap berjalan.
Contoh Kasus Nyata
Misalnya proyek pembangunan jalan di daerah pedalaman Kalimantan:
- Excavator dan dump truck harus diangkut menggunakan trailer dari kota besar.
- Material batu dan pasir dikirim melalui pelabuhan terdekat.
- Pekerja didatangkan dari luar daerah dan memerlukan akomodasi awal.
Dari pengalaman di lapangan, total biaya mobilisasi dan demobilisasi bisa mencapai 3–5% dari total nilai proyek, tergantung lokasi dan skala pekerjaan.
Kesimpulan
Biaya mobilisasi dan demobilisasi bukan sekadar ongkos pindahan, tetapi bagian penting dalam manajemen proyek konstruksi.
Dengan memperhitungkan semua komponen — mulai dari alat, material, hingga tenaga kerja — kontraktor bisa menghindari pembengkakan biaya dan memastikan proyek berjalan efisien sejak awal.

Posting Komentar untuk "Mengenal Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Proyek Konstruksi"